Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi dan Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menyambut positif rencana redenominasi rupiah. Namun, harus dipastikan semua lapisan masyarakat paham dengan kebijakan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gejolak.
"Untuk pengusaha kebijakan ini tidak berpengaruh. Namun, jika pemerintah dan BI (Bank Indonesia) tidak melakukan persiapan dan sosialisasi dengan baik, dampaknya akan sangat besar terhadap pasar," tegas Sofyan di Jakarta, Minggu (1/8).
Ia mengingtakan, kebijakan redenominasi rupiah pernah terjadi pada zaman pemerintahan Bung Karno, dan pada saat itu terjadi gejolak di masyarakat. "Meskipun sudah lebih 40 tahun, namun trauma tersebut tidak bisa lepas. Harusnya menelaah seberapa jauh pemerataan pendidikan masyarakat," tegasnya.
Ia menegaskan, jika pengawasan pemerintah gagal. Maka dampak psikologis masyarakat pasti akan mempengaruhi inflasi, bahkan pada kondisi ekstrem akan bisa menjadi pemotongan nilai tukar (sanering).
Sofyan juga menejelaskan, untuk kondisi saat ini tidak ada urgensinya untuk melakukan redenominasi rupiah. Menurutnya, kebijakan tersebut lebih untuk memudahkan pencatatan pembukuan dan citra perekonomian indonesia kepada negara lain.
"Dengan nominal tukar yang sangat tinggi kepada dolar, memang di mata negara lain mata uang Indonesia kelihatan tidak stabil. Itu saja," tegasnya.
Sementara itu, Tutum menjelaskan bahwa kesiapan masyarakat untuk menerima kebijakan ini lebih mahal harganya dibandingkan biaya pencetakan uang baru dan penyesuaian kebijakan. "Paling minim, persiapan untuk kebijakan ini 4 tahun," tegasnya.
Untuk info sepuyar bulan puasa 2010 seperti lagu ramadhan 2010 dan jadwal puasa 2010 silahkan kunjungi roomen blog.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagus juga seh, tp kayaknya masyarakat lom siap
BalasHapusmoga2 aja terlaksana dengan baik
BalasHapus